Aku Disini: Selalu


Ada ratusan- bahkan ribuan rangkaian

Kata-kata indah tentang

Kau-

Aku-

Yang menunggu waktu untuk dilahirkan

Yang menanti saat untuk ditemukan

Di atas kertas ini

Di halaman-halaman setelah ini

Tetapi aku memilih untuk menunggumu

Kembali-

Nanti-

Dan membisikkan kata-kata itu ke telingamu

this post "Lima Puluh Tahun Sudah", - Sebuah Cerpen

Buat Fredy S. W.


“Kita tak mungkin bisa bersatu, itu kau tau”,

suaranya renyah membisiki gagang telepon.

“Kita… mungkin tak pernah tau”.

Suara lain membalas dari jauh, lambat…

“Tidak. Kita sadar itu dari awal”,

“Kita seharusnya tak menyerah… “

“Aku lelah…”

“Sudah berapa tahun anak kita, jika tak kita …?”




Tiba-tiba lelaki itu tersentak bangun dari tidur. Napas di kantong dada tipisnya terengah, tapi Cuma mampu satu-satu. Setitik peluh merayapi dahi kemudian menggantung di keningnya. Matanya kuyu, dicobanya untuk menangkap bayang-bayang jari jam yang menempel di dinding kamar dingin dan remang itu. Setengah satu. Lima puluh tahun sudah. Mimpi itu lagi… Puisi itu lagi...

Pernah ku saksikan hari yang lebih gemilang

Pagi yang cerah-cemerah,

Lagu yang gugah-menggugah

Kita yang masih berpeluk sayang


Pernah ku cicipi masa tawa memanjang

Di buai kereta-kereta kencana

Di angkasa singasana swargaloka

Kau aku layang-melayang


Pernah ku berkawan dengan kemenangan

Madu dan anggur dari kebun terbaik

Kain tenun-tenunan corak menarik

Berdua dipangung cerlang-cemerlang


Tapi itu aku yang kini menoleh ke belakang

Bayang-bayang beria-ria menyambut aku datang

Kembali lagi ke pelukan kasur dan kursi usang

Kamar yang lelah temaram

Himpitan kitab-kitab malang

Aku menerawang:

Kiranya hari tlah jauh malam

0 komentar: